Pendidikan agama wajib dilakukan oleh setiap manusia, karena tidak ada satu orangpun yang tidak beragama. Pendidikan agama pertama kali dikenalkan oleh orang tua kepada anaknya, sebagian besar anak akan menerima dan menjalankan agama seperti yang diajarkan orang tuanya hingga mereka dewasa dan menurunkan agama itu kepada anak cucu mereka.
Mengenai pendidikan agama, Mayoritas umat muslim mengenyam pendidikan agama pada pesantren dan lembaga pendidikan agama seperti taman pendidikan Al Qur’an dan madrasah Diniyah. Sebagai kelanjutan dari pendidikan agama oleh orang tua, anak-anak di masukkan pada taman pendidikan Al-Qur’an untuk mempelajari agama lebih dalam, pada tahap ini umumnya anak-anak belajar baca tulis Al Qur’an, hafalan surat-surat pendek, pendidikan akhlak, dan mempelajari kisah nabi-nabi. Setelah menyelesaikan pendidikannya dan lulus ujian akhir mereka akan naik ke jenjang berikutnya yaitu pada madrasah Diniyah. Pada madrasah ini ilmu-ilmu agama yang diajarkan lebih luas dan mendalam, banyak pelajaran lain yang harus di pelajari seperti belajar membaca dan menulis makna pego kitab-kitab kuning pada tahap dasar. Setiap madrasah Diniyah memiliki kurikulum sendiri dan kitab-kitab yang akan dipelajari santri. Setelah santri menyelesaikan pendidikan Diniyah, selanjutnya mereka harus mempelajari pelajaran agama pada tahap selanjutnya, yaitu di pesantren. Pesantren dikenal sebagai satu-satunya lembaga pendidikan agama yang paling tua di Indonesia serta sebagai lembaga pendidikan tingkat atas pada ranah pendidikan agama. Lulusan pesantren dipandang sebagian besar masyarakat sebagai orang-orang yang tinggi ilmu agamanya dan mampu memimpin masyarakat.
Dari setiap elemen pendidikan pasti ada permasalahan yang terjadi, baik dari pendidikan sekolah, umum maupun pendidikan agama. Masalah yang saat ini muncul adalah menurunnya tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan agama pada anak-anak mereka yang diakibatkan oleh beberapa faktor. Realitanya, sedikit sekali perbandingan prosentase anak-anak usia sekolah dasar yang aktif sebagai santri di taman pendidikan Al-Qur’an dan yang aktif di sekolah formal. Hal ini terjadi pula pada lembaga pendidikan Diniyah, bahkan lebih parah, pasalnya santri pada madrasah Diniyah lebih banyak yang terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan lingkungan yang kurang baik, tepatnya lebih mementingkan kepentingan pribadi nya, asyik bermain gadget atau bermain bersama teman-temannya, terlebih diberlakukannya sistem full day pada beberapa sekolah mengakibatkan mereka sudah lelah dan mengabaikan pendidikan agama pada lembaga yang ada.
Sekedar pesan bagi orang tua, bahwa anak adalah aset bangsa yang harus di didik dan diarahkan karena kelak mereka lah yang akan menjadi generasi penerus demi terciptanya kesejahteraan, kemakmuran, kedamaian dan kemajuan bangsa, bukan sekedar generasi penerus kehidupan keluarga.
By: Zuli