DHUHA ISTIQAMAH, REZEKI BERLIMPAH

Sebagai seorang muslim tentu kita wajib taat kepada perintah Allah sebagai wujud penghambaan kepada sang khaliq, ajaran agama Islam mengatur semua hal yang berkenaan dengan kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama makhluk hidup. Dalam hubungannya dengan Allah harus menjadi prioritas karena sebanyak apapun manfaat yang kita peroleh dari hubungan dengan sesama makhluk hidup, tidak sebanding dengan manfaat dan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Saat sesama manusia bisa memberikan harta, benda, pertolongan (jasa) dan kasih sayang, Allah memberikan lebih dari itu semua, beratus-ratus tulang yang menyokong tegaknya tubuh kita adalah pemberian Allah, nafas yang kita hirup dengan gratis selama kita hidup, mesin dalam sistem pencernaan yang dirakit sedemikian rupa hingga bisa kita gunakan selama kita hidup, jantung yang memompa darah ke semua organ tubuh, mata yang bisa melihat dan sehat, telinga yang bisa mendengar secara jelas, bulu mata yang digunakan untuk melindungi mata dari debu, semua itu hanya contoh kecil pemberian Allah dalam diri kita, belum yang ada dalam kehidupan kita, lingkungan, hewan, tumbuhan, tanah, air, udara, tata surya, perputaran siang malam, dan sangat banyak lagi serta tak terhitung jumlahnya, semua diciptakan hanya untuk manusia. Ketika melihat apa yang Allah berikan kepada kita, menjadi bukti bahwa Allah amat sayang kepada ciptaanNya, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk Allah?

Untuk membuktikan satu saja bukti sayang Allah kepada kita, kita ambil contoh nafas yang kita hirup secara gratis, jika Allah meminta kita untuk membayar nafas tersebut, berapa nominal yang harus kita keluarkan untuk membayar nafas? Di rumah sakit, harga 1 tabung oksigen kurang lebih 50.000-80.000, kita buat rata-rata 60.000 misalkan, jika 1 hari menghabiskan 1 tabung oksigen di kali 1 bulan, maka 30×60.000= 1.800.000, satu tahun 30x12x60.000=21.600.000, berapa tahun kita hidup di dunia?? Itu hanya oksigen yang kita hirup, belum hal lain seperti normalnya pendengaran, bisa berkedipnya mata tanpa gangguan, normalnya indera pembau, indera peraba, dan sebagainya. Maka kita sebagai seorang manusia yang ‘di ciptakan’ harus memenuhi perintah dari ‘yang menciptakan’ sebagai wujud kasih sayang kita kepada sang khaliq.

Perintah dalam islam seperti shalat, zakat, puasa merupakan kewajiban mutlak yang harus dilakukan oleh semua umat muslim tanpa terkecuali, namun beberapa hal yang sunnah pun bisa diistiqomahkan agar seseorang lebih dekat kepada Allah, seperti shalat tahajjud, shalat dhuha, shalat rawatib, shalat tasbih, shalat witir, dan shalat tarawih. Keutamaan shalat sunnah adalah menutupi kekurangan pada shalat wajib, dalam shalat yang kita lakukan terkadang dalam keadaan kurang khusyu’, kurang tawadhu’ (tenang), terkadang malah ingat dengan masalah-masalah dan urusan dunia. Maka sebaiknya kita melaksanakan shalat sunnah semampu yang kita lakukan dan lebih baik lagi jika bisa meng-istiqamahkannya.

Dijelaskan keutamaan shalat sunnah terhadap shalat wajib pada riwayat Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ ».

Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang  ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Selain keutamaan shalat sunnah secara umum, beberapa shalat sunnah mempunyai keutamaan khusus seperti shalat dhuha yang dilakukan 4 rakaat akan mendapatkan penjagaan dari keburukan pada sisa hari itu; baik dari berbagai marabahaya yang bersifat fisik seperti bencana maupun keburukan secara maknawi, seperti penjagaan dari perbuatan maksiat (lihat e-book Hadis Qudsi halaman 231 bab keutamaan shalat dhuha). Selain mendapatkan penjagaan, kebanyakan masyarakat tahu bahwa keutamaan shalat dhuha adalah memperlancar rezeki, benarkah demikian?

Jika diperhatikan, diantara keutamaan shalat dhuha adalah penekanan pada urusan akhirat, seperti pada hadis berikut:

Pertama, hadis dari Abu Buraidah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dalam diri manusia terdapat 360 ruas tulang, wajib bagi semua orang untuk mensedekahi setiap ruas tulangnya.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Nabi Allah?” Beliau bersabda: “Menutupi ludah di masjid dengan tanah, menyingkirkan sesuatu dari jalan (bernilai sedekah). Jika kamu tidak bisa mendapatkan amalan tersebut maka dua rakaat Dhuha menggantikan (kewajiban)mu.” (HR. Abu Daud 5242, Ahmad 23037 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kedua, hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus sekelompok utusan perang, kemudian utusan ini membawa banyak harta rampasan perang dan pulangnya cepat. Kemudian ada seorang berkata: “Wahai Rasulallah, kami tidak pernah melihat kelompok yang lebih cepat pulang dan lebih banyak membawa ghanimah melebihi utusan ini.” Kemudian Beliau menjawab: “Maukah aku kabarkan keadaan yang lebih cepat pulang membawa kemenangan dan lebih banyak membawa rampasan perang? Yaitu seseorang berwudlu di rumahnya dan menyempurnakan wudlunya kemudian pergi ke masjid dan melaksanakan shalat subuh kemudian (tetap di masjid) dan diakhiri dengan shalat Dhuha. Maka orang ini lebih cepat kembali pulang membawa kemenangan dan lebih banyak rampasan perangnya.”

(HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya no. 6559, Ibn Hibban dalam Shahihnya no 2535, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Targhib wat Tarhib 664)

Jika dikaitkan dengan pemahaman mayoritas masyarakat secara umum yang menyebutkan bahwa shalat dhuha bisa memperlancar rezeki, mungkin karena berpijak pada bacaan do’a setelah shalat dhuha dan salah satu hadis berikut:

Hadis dari Uqbah bin Amir al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ‎shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Allah berfirman: “Wahai anak adam, laksanakan untukKu 4 rakaat di awal siang, Aku akan cukupi dirimu dengan shalat itu di akhir harimu.” (HR. Ahmad 17390, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Targhib wat Tarhib 666 dan Syuaib al-Arnauth).‎

Arti do’a setelah shalat dhuha:

“Ya Allah, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu”

“Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang sholeh”

“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu dan kekuatan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalih.”

Jika dilogika kan, hubungan antara shalat dhuha dengan lancarnya rezeki terdapat pada waktunya. Waktu dhuha berkisar mulai pukul 07.00-11.30 WIB, sedangkan pada waktu tersebut secara umum adalah waktu manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebanyakan orang yang telah sibuk dengan pekerjaannya, akan lalai terhadap ibadahnya, maka jika seseorang melakukan shalat dhuha bisa dikatakan ia adalah hamba yang tidak melupakan Tuhan nya karena ia tetap ingat Allah meksi dalam keadaan sibuk bekerja. Hal demikian lah yang menjadi sebab dipermudahnya urusan seseorang (yang melakukan shalat dhuha), sehingga ketika urusan menjadi mudah, rezeki pun menjadi lancar. Rezeki dalam konteks ini (yang juga terdapat dalam arti do’a shalat dhuha) bukan hanya berupa materi (uang), tapi meliputi kesehatan jasmani, kesehatan rohani, kejernihan fikiran, dan ketenangan hati.

Wallahu A’lam, semoga bermanfaat..

By: Zuli Dwi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *