KEEP SEDEKAH BIAR HIDUP JADI BERKAH

Sebuah kisah dari seorang dokter yang merasa bersyukur setelah bertemu dengan sang pengemis. Azam seorang dokter di sebuah rumah sakit yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang putri. Suatu hari dia dan keluarganya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di toko swalayan. Usai membayar, mereka membawa sejumlah tas plastik belanjaan dan keluar dari toko swalayan.

Istri Azam dihampiri wanita pengemis bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata “minta sedekah, Bu!”. Istri Azam menyodorkan uang kertas Rp. 1.000,-. Saat menerima uang Rp. 1.000,- wanita pengemis itu memegang kepala anaknya sambil menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulut seakan ingin berkata, “aku dan anakku ini sudah  berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!”.

Mendapat isyarat pengemis wanita itu, istri Azam membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “tidak….. aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu”. Dan diapun malah menuju gerobak tukang gorengan untuk membeli cemilan. Pada saat itu Azam berjalan ke arah ATM center untuk mengecek saldo rekening.

Di depan ATM, Azam memasukkan kartu ke dalam mesin kemudian ia menekan tombol “informasi saldo”, muncullah beberapa digit angka. Azam melihatnya sambil tersenyum karena ternyata uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening. Dia menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah sudah menyesaki isi dompetnya. Lalu ada selembar uang berwarna merah juga, namun kali ini uang tersebut bernilai Rp. 10.000,- yang ditarik dari dompetnya. Uang itu kemudian dilipat kecil dan diberikan kepada wanita pengemis yang minta tambahan sedekah.

Wanita pengemis itu sangat girang saat melihat uang yang diterimanya senilai Rp. 10.000,-. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Azam: “Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… terima kasih tuan!. Semoga Allah memberikan rezeki berlipat ganda untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga yang harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga …..”

Azam tidak menyangka ia akan mendengarkan respon yang begitu mengharukan. Azam mengira bahwa pengemis wanita itu hanya akan mengucapkan terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan wanita pengemis itu membuat Azam terpukau dan membisu. Azam pun mendengar wanita pengemis itu berkata kepada putrinya “Nak, Alhamdulillah…akhirnya kita bisa makan juga ……..!”

Wanita pengemis itu sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Azam membuntuti kepergian mereka berdua  yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Azam masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Azam. Mata Azam mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. “Ada apa pa?” istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Azam menjelaskan: “Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita pengemis itu sebanyak Rp. 10.000,-!”. Awalnya istri Azam marah, namun Azam melanjutkan kalimatnya: “Ma…, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Dan saat wanita pengemis itu menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaang sekali ia berdoa!”

“Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar Rp. 10.000,- saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mencek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

“Ma…, aku malu kepada Allah! Dia terima hanya Rp. 10.000,- begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima Rp. 10.000,- dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah.”

Azam mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba.

Sedekah merupakan bukti iman dan ketaatan manusia pada Allah SWT. Sedekah itu tidak dapat dipaksakan, tetapi sedekah merupakan panggilan hati dan jiwa untuk  melakukannya dengan ikhlas dan dapat menyenangkan hati orang lain.

Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 245
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُون

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Semoga  kisah di atas dapat menjadi inspirasi juga instrokpeksi diri bagi kita semua, syukur yang bagaimana yang telah kita lakukan dibandingkan pemberian Allah yang telah kita terima selama ini? Semoga kita semua diberikan hidayahNya sehingga mampu bersyukur bukan hanya dari lisan kita, namun hati dan melalui perbuatan, bukan syukur yang sedikit atas pemberian yang banyak, namun syukur yang tak terhingga atas nikmat yang kita dapat, walaupun sedikit. Wallahu A’lam..

By: Neemah_Khoir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *